12 April 2022

25 January 2017

Who dig the well..

When you drink the water, don’t forget who helped you dig the well.

“There is an old Chinese saying that I’ve always loved: “When you drink the water, don’t forget who helped you dig the well.” A special thanks to you for helping me dig my well! I just want you to know that I sincerely appreciate all you did for us and I am grateful for it. Thanks from the bottom of my heart.”

20 January 2017

Checklist Proton Preve

Index salah laku Prevé

1. Engine gegar =Mounting
2. Aircond tak sejuk = Fusebox Relay terbakar
3. Kipas susah mati = Relay Kelabu Fusebox Terbakar.
4. Kipas susah hidup = Radiator Fan motor dah RIP.
5. Temperature tinggi = Wire Harness melt/ Fan Radiator RIP.
6. ESC light menyala = Brake Switch Failure/ Tayar pancit
7. Check Engine Light menyala = Banyak sebab. Rujuk SC
8. Battery Low indicator = Read. Then tukar battery.
9. Check Stop lamp indicator = Read. Then tukar lampu brek.
10. Airbag indicator menyala = Check socket bawah seat longgar.
11. Autocruise menyala = Tekan balik bagi padam.
12. Lampu low beam tak terang = Check kaki bulb.
13. Side mirror tak flip = Check variant 1st. Suis fold problem.
14. Power Socket takde power = Check Fuse bawah steering.
15. GPS kelaut = Pakai Waze.
16. Signal Reception Radio bersemut = Tabah.
17. Oil cooler hose leak/burst = Replace ada Recall.
18. Gearknob patah sudu = Gam/ Replace gearknob
19. CVT indicator menyala = overheat,stop and cooldown.
20. Gearlock problem = GLSCU problem. Rujuk SC.
21. Body karat = Warranty body 5 tahun. Rujuk SC
22. Swirl Mark = Refer carwash pakai kain apa.
23. Kereta Susah hidup = Check/Cuci OCV.
24. Brake bunyi / Juddder = Skim Disc/Check pin slider.
25. Boost Problem = Turbo/Diverter Valve.
99. Buku manual tak sempat baca = Ambil masa.
100. Service tak pasti harga = Refer files section.
101. Prevoc tak layan post= Cuba guna Group search Function.
102. Foglamp Menyala = Ini salah laku pemandu, bukan Preve..Pemandu lain harap tabah.


- Feedback dan komen pasti akan lebih berbeza sekiranya anda telah melepasi tahap awal dalam mengenal pasti masalah kereta anda. Dalam masa yang sama juga anda tidak akan panik kerana anda akan jadi lebih bersedia.



Kredit - https://www.facebook.com/syamsul.ridzuan?fref=nf

13 January 2017

waris khunsa dan munaskhah

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam keluarga yang sakinah ketika terdapat masalah selalu diselesaikan dengan ajaran Islam. Namun ketika masalah warisan, banyak yang tidak menyelesaikan masalah waris tersebut dengan hokum waris Islam. Padahal sudah jelas dalam Al-Quran dan Hadits tentang pembagian harta warisan.

Pembagian harta warisan tidak semuanya terdapat dalam Al-Quran, seperti tentang khunsa dam munasakhah. Masalah ini diterangkan dalam Hadits tetapi tidak semuanya terdapat dalam Hadits. Masih banyak ulam yang berijtihad untuk memutusakan masalah ini. Sehingga harta warisan bisa dibagikan secara adil. Termasuk masalah khunsa dan munasakhah yang harus diselesaikan dengan baik dan adil.


Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah masalah pembagian warisan khunsa dan munasakhah, sebagaimana tersusun dibawah ini:

a. Definisi Khunsa.
b. Penghitungan bagian warisan untuk khuntsa.
c. Definisi Munaskhah.
d. Bentuk-bentuk Munasakhah.
e. Cara Penyelesaian Munasakhah.


PEMBAHASAN

Definisi Khunsa
Orang banci atau disebut khuntsa, adalah orang yang mempunyai alat kelamin ganda (laki-laki dan perempuan), atau tidak mempunyai kedua-duanya sama sekali.
Di dalam Al-Qur’an, dalam ayat-ayat mawaris, tidak disebutkan bahwa khuntsadikecualikan dalam pembagian warisan. Bahkan, kebanyakan ahli fiqih berpendapat bahwa khuntsa, bayi dalam kandungan, orang hilang, tawanan perang, dan orang-orang yang mati bersamaan dalam suatu musibah atau kecelakaan, mendapat tempat khusus dalam pembahasan ilmu faraidh. Ini berarti bahwa orang-orang ini memiliki hak yang sama dengan ahli waris lain dalam keadaan normal dan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Seorang khuntsa ada yang masih dapat diketahui atau diidentifikasi jenis kelaminnya. Khuntsa seperti ini disebut khuntsa ghairu musykil. Jika seorang khuntsa tidak mungkin lagi untuk diidentifikasi jenis kelaminnya, maka orang itu disebut khuntsa musykil. 

Untuk dapat mengidentifikasi jenis kelamin seorang khuntsa, dapat ditempuh cara berikut:

1. Meneliti alat kelamin yang dipergunakan untuk buang air kecil. Hadits Nabi SAW: “Berilah warisan anak khuntsa ini (sebagai laki-laki atau perempuan) mengingat dari alat kelamin yang mula pertama dipergunakannya untuk buang air kecil.” (HR Ibnu Abbas)
2. Meneliti tanda-tanda kedewasaannya. Seorang laki-laki dapat dikenali jenis kelaminnya melalui tumbuhnya janggut dan kumis, perubahan suara, keluarnya sperma lewat dzakar, kecenderungan mendekati perempuan. Sementara perempuan dapat dikenali jenis kelaminnya melalui perubahan payudara, haid, kecenderungan mendekati laki-laki.
Orang yang normal sudah jelas jenis kelaminnya sehingga statusnya dalam pembagian warisan dapat ditentukan dengan segera. Tetapi berbeda halnya dengan khuntsa karena dalam sebagian besar kasus, jenis kelamin seseorang dapat menentukan bagian warisan yang diterimanya. Dari seluruh orang yang berhak sebagai ahli waris, maka ada tujuh macam orang yang ada kemungkinan berstatus sebagai khuntsa. Ketujuh orang itu adalah

1.anak
2.cucu
3. saudara (kandung, sebapak, atau seibu)
4. anak saudara atau keponakan (kandung atau sebapak)
5. paman (kandung atau sebapak)
6. anak paman atau sepupu (kandung atau sebapak)
7. mu’tiq (orang yang pernah membebaskan si mayit)
Selain ketujuh macam orang itu, tidak mungkin berstatus sebagai khuntsa. Sebagai contoh, suami atau isteri tidak mungkin khuntsa karena salah satu syarat timbulnya perkawinan adalah terjadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sudah jelas jenis kelaminnya. Begitu juga dengan bapak, ibu, kakek, dan nenek; keempat macam orang ini tidak mungkin khuntsa karena mereka sudah jelas memiliki anak dan/atau cucu.


B. Penghitungan bagian warisan untuk khuntsa
Dalam menghitung bagian warisan untuk khuntsa, ada tiga pendapat yang utama:
1. Menurut Imam Hanafi:
Khuntsa diberikan bagian yang terkecil dari dua perkiraan laki-laki dan perempuan, sedangkan ahli waris lain diberikan bagian yang terbesar dari dua perkiraan laki-laki dan perempuan.
2. Menurut Imam Syafii:
Semua ahli waris termasuk khuntsa diberikan bagian yang terkecil dan meyakinkan dari dua perkiraan, dan sisanya ditahan (di-tawaquf-kan) sampai persoalan khuntsa menjadi jelas, atau sampai ada perdamaian untuk saling-menghibahkan (tawahub) di antara para ahli waris.

3. Menurut Imam Maliki:
Semua ahli waris termasuk khuntsa diberikan separuh dari dua perkiraan laki-laki dan perempuan (nilai tengah dari dua perkiraan).
Sementara itu, Imam Hanbali berpendapat seperti Imam Syafii dalam hal khuntsa masih dapat diharapkan menjadi jelas status jenis kelaminnya. Tetapi dalam hal status khuntsa tidak dapat diharapkan menjadi jelas, pendapat beliau mengikuti pendapat ImamMaliki.
Contoh 1:
Seseorang wafat dan meninggalkan seorang anak laki-laki dan seorang anak yang banci.
Penyelesaiannya:
  • Jika dianggap laki-laki, berarti ahli waris ada 2 orang anak laki-laki. Keduanya dalam hal ini adalah sebagai ‘ashabah bin-nafsi dan mewarisi seluruh harta dengan masing-masing memperoleh 1/2 bagian.
  • Jika dianggap perempuan, berarti ahli warisnya seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Dalam hal ini, mereka adalah sebagai ‘ashabah bil-ghair dengan ketentuan bagian anak laki-laki sama dengan dua kali bagian anak perempuan. Jadi anak laki-laki memperoleh 2/3, sedangkan anak perempuan memperoleh 1/3. Dari kedua macam anggapan ini, pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Menurut madzhab Hanafi:
Bagian anak laki-laki = 2/3
Bagian anak banci = 1/3

2. Menurut madzhab Syafii:
Bagian anak laki-laki = 1/2
Bagian anak banci = 1/3
Sisa = 1/6 (ditahan sampai jelas statusnya)

3. Menurut madzhab Maliki:
Bagian anak laki-laki = ½ x (1/2 + 2/3) = 7/12
Bagian anak banci = ½ x (1/2 + 1/3) = 5/12


Contoh 2:
Seorang perempuan wafat dengan meninggalkan harta berupa uang Rp 36 juta. Ahli warisnya terdiri dari suami, ibu, dua saudara laki-laki seibu, dan seorang saudara sebapak yang khuntsa.

Penyelesaiannya:
  • Jika diperkirakan laki-laki: 
Suami : 1/2 x Rp 36 juta = Rp 18 juta
Ibu : 1/6 x Rp 36 juta = Rp 6 juta
Dua sdr lk seibu : 1/3 x Rp 36 juta = Rp 12 juta
Khuntsa (Sdr lk sebapak) : Sisa (tetapi sudah tidak ada sisa lagi)
  • Jika diperkirakan perempuan (dalam hal ini terjadi ‘aul dari asal masalah 6 menjadi 9):
Suami : 3/9 x Rp 36 juta = Rp 12 juta
Ibu : 1/9 x Rp 36 juta = Rp 4 juta
Dua sdr lk seibu : 2/9 x Rp 36 juta = Rp 8 juta
Khuntsa (Sdr pr sebapak) : 3/9 x Rp 36 juta = Rp 12 juta

Dari kedua macam perkiraan ini, pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. Menurut madzhab Hanafi:
a. Suami : Rp 18 juta
b. Ibu : Rp 6 juta
c. Dua sdr lk seibu : Rp 12 juta
d. Khuntsa (Sdr sebapak) : tidak mendapat apa-apa

2. Menurut madzhab Syafii:
a. Suami : Rp 12 juta
b. Ibu : Rp 4 juta
c. Dua sdr lk seibu : Rp 12 juta
d. Khuntsa (Sdr sebapak) : tidak mendapat apa-apa
e. Sisa : Rp 8 juta (ditahan sampai status khuntsa jelas)

3. Menurut madzhab Maliki:
a. Suami : ½ x (18 + 12) = Rp 15 juta
b. Ibu : ½ x (6 + 4) = Rp 5 juta
c. Dua sdr lk seibu : ½ x (12 + 8) = Rp 10 juta
d. Khuntsa (Sdr sebapak) : ½ x (0 + 12) = Rp 6 juta


DEFINISI MUNASHAHAH
Munasakhah menurut bahasa artinya menyalin dan menghilangkan. Seperti kalimat نسخت كتاب (saya menyalinnya ke naskah lain). نسخت الشمس الظل (matahari menghilangkan bayangan). Yang bermakna pertama adalah firman Allah SWT :
انا كنا نستنسخ ما كنتم تعملون ( الجاثية : 29 )
"Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan" (QS. Al-Jatsiyah : 29).
Yang bermakna kedua adalah firman Allah SWT :
ما ننسخ من اية او ننسخ نأت بخير منها او مثلها... ( البقرة : 106 ).
”Apa saja yang Kami nasakhkan (hilangkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, maka Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. (QS. Al-Baqarah: 106).
Adapun munasakhah menurut istilah, terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain sebagai berikut :

1. Menurut As-Sayyid Asy-Syarif, munasakhah adalah memindahkan bagian demi bagian ahli waris kepada orang yang mewarisinya akibat kematiannya sebelum dilakukan pembagian harta peninggalan dilaksanakan.
2. Menurut Ibnu Umar Al-baqry, munasakhah adalah kematian seseorang sebelum harta peninggalan dibagi-bagikan sampai seseorang atau beberapa orang yang mewarisinya menyusul meninggal dunia. Lafal nasakh itu menurut bahasa berarti izalah (penghapusan) atau naql (pindah).
Kedua pengertian munasakhah ini pada dasarnya sama, karena sudah mengandung unsur-unsur penting dari munasakhah sebagai berikut:
1. Harta warisan belum dibagi kepada para ahli waris
2. Adanya kematian sebagian ahli waris
3. Adanya pemindahan bagian harta warisan dari orang yang mati belakangan kepada ahli waris lain atau kepada ahli warisnya yang semula menjadi ahli waris terhadap orang yang mati lebih dahulu.
4. Pemindahan bagian ahli waris yang telah mati kepada ahli warisnya harus dengan jalan warisan.

D. Bentuk-bentuk Munasakhah
Pada dasarnya, munasakhah mempunyai dua bentuk, yaitu

Bentuk pertama:
Ahli waris yang akan menerima pemindahan bagian warisan dari orang yang mati belakangan adalah ahli waris juga bagi orang yang mati lebih dahulu

Bentuk kedua:
Ahli waris yang akan menerima pemindahan bagian warisan dari orang yang mati belakangan adalah bukan ahli waris bagi orang yang mati lebih dahulu. Yaitu, seandainya tidak terjadi kematian yang kedua, ia tidak dapat mewarisi orang yang mati lebih dahulu.


E. Cara Penyelesaian Munasakhah

1. Untuk Munasakhah bentuk pertama

Penyelesaiannya adalah cukup dilakukan pembagian satu kali saja, yaitu dengan membagi harta warisan orang yang mati lebih dahulu kepada ahli waris yang hidup saja dengan menganggap bahwa orang yang mati belakangan sudah tidak hidup pada saat kematian orang yang mati lebih dahulu, sebagaimana halnya dikumpulkannya harta pribadi orang yang mati belakangan yang bukan diwarisinya dari orang yang mati lebih dahulu dengan jumlah harta peninggalan orang yang mati lebih dahulu.


Contoh kasus:
Seseorang (X) meninggal dunia dengan harta warisan sejumlah Rp 300 juta. Ahli warisnya 2 anak laki-laki (A dan B) dan 2 anak perempuan (C dan D). Sebelum warisan dibagi, A menyusul meninggal dunia sehingga ahli warisnya hanya saudara laki-laki dan perempuannya, yaitu B, C, dan D. Berapakah bagian B, C, dan D?
Penyelesaian:Karena semua ahli waris dari A juga merupakan ahli waris dari X, maka dalam hal ini, A dianggap tidak ada, atau bukan ahli waris dari X sehingga ahli waris dari X hanya B, C, dan D. Selanjutnya B, C, dan D mewarisi X sebagai ‘ashabah bil-ghair, sehingga uang Rp 300 juta dibagi kepada mereka bertiga dengan perbandingan 2:1:1. Maka bagian masing-masing adalah:
Bagian B = 2/4 x Rp 300 juta = Rp 150 juta
Bagian C = 1/4 x Rp 300 juta = Rp 75 juta
Bagian D = 1/4 x Rp 300 juta = Rp 75 juta
Seandainya A dalam contoh ini memiliki harta peninggalan Rp 100 juta, maka uangnya dikumpulkan dengan uang X sehingga menjadi Rp 400 juta. Kemudian baru dibagi kepada B, C, dan D dengan perbandingan yang sama seperti sebelumnya, yaitu 2:1:1. Maka
Bagian B = 2/4 x Rp 400 juta = Rp 200 juta
Bagian C = 1/4 x Rp 400 juta = Rp 100 juta
Bagian D = 1/4 x Rp 400 juta = Rp 100 juta
2. Untuk munasakhah bentuk kedua:
Penyelesaiannya adalah dengan melakukan dua kali pembagian, yaitu harta peninggalan yang mati lebih dahulu dibagikan kepada para ahli warisnya, termasuk yang mati belakangan, kemudian bagian orang yang mati belakangan dibagikan kepada para ahli warisnya.

Contoh kasus:
Seseorang (X) meninggal dunia dengan harta warisan sejumlah Rp 60 juta. Ahli warisnya seorang anak laki-laki (A) dan seorang anak perempuan (B). Sebelum warisan dibagi, A menyusul meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris seorang anak perempuan (C)

Penyelesaian:
Pembagian I (X meninggal):
Dalam hal ini, A dan B adalah ‘ashabah bil-ghair, sehingga mendapat bagian dengan perbandingan 2:1. Jadi:
Bagian A = 2/3 x Rp 60 juta = Rp 40 juta
Bagian B = 1/3 x Rp 60 juta = Rp 20 juta
Pembagian II (A meninggal):
Dalam hal ini, bagian C adalah 1/2 (karena anak perempuan dari A), sedangkan bagian B (yaitu saudara perempuan dari A) adalah sisa (sebagai ‘ashabah ma’al-ghair):
Bagian C = 1/2 x Rp 40 juta = Rp 20 juta
Bagian B = sisa (umg) = Rp 20 juta
Kesimpulan:
Bagian B = Rp 20 juta + Rp 2 juta = Rp 40 juta
Bagian C = Rp 20 juta


KESIMPULAN


khuntsa, adalah orang yang mempunyai alat kelamin ganda (laki-laki dan perempuan), atau tidak mempunyai kedua-duanya sama sekali. Seorang khuntsa ada yang masih dapat diketahui atau diidentifikasi jenis kelaminnya. Khuntsa seperti ini disebut khuntsa ghairu musykil. Jika seorang khuntsa tidak mungkin lagi untuk diidentifikasi jenis kelaminnya, maka orang itu disebut khuntsa musykil. Untuk dapat mengidentifikasi jenis kelamin seorang khuntsa, dapat ditempuh cara berikut:
  • Meneliti alat kelamin yang dipergunakan untuk buang air kecil
  • Meneliti tanda-tanda kedewasaannya.
Dalam menghitung bagian warisan untuk khuntsa, ada tiga pendapat yang utama, yaitu pendapat Imam Syafi’I, Imam Maliki, dan Imam Hanafi. Sementara itu, Imam Hanbali berpendapat seperti Imam Syafii dalam hal khuntsa masih dapat diharapkan menjadi jelas status jenis kelaminnya. Tetapi dalam hal status khuntsa tidak dapat diharapkan menjadi jelas, pendapat beliau mengikuti pendapat ImamMaliki.

Munasakhah menurut bahasa artinya menyalin dan menghilangkan. Dua arti ini sesuai dengan Al-Quran surat al-Jatsiyah ayat 29 dan surat al-Baqarah ayat 106. Adapun munasakhah menurut istilah, terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : As-Sayyid Asy-Syarif dan Ibnu Umar al-Baqry.
Pada dasarnya, munasakhah mempunyai dua bentuk, yaitu

Bentuk pertama:
Ahli waris yang akan menerima pemindahan bagian warisan dari orang yang mati belakangan adalah ahli waris juga bagi orang yang mati lebih dahulu
Bentuk kedua:
Ahli waris yang akan menerima pemindahan bagian warisan dari orang yang mati belakangan adalah bukan ahli waris bagi orang yang mati lebih dahulu. Yaitu, seandainya tidak terjadi kematian yang kedua, ia tidak dapat mewarisi orang yang mati lebih dahulu.


DAFTAR PUSTAKA

Drs. Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,Bandung : Pustaka Setia, 1999,
Muhammad Ali Ash Shabuni, Hukum Waris Menurut Al-Qur'an Dan Hadits, Bandung: Trigenda Karya, 1995,
Muammad Ali Ash-Shabuni. Pembagian Waris Menurut Islam. Jakarta: Gema Insani Press. 1995.


KHUNSA dan MUNASAKHAH




Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Fiqh Waris
Dosen Pengampu : Diana Zuhroh,
Disusun Oleh :
Abdul Aziz                  26.09.2.1.007 

PROGRAM STUDI MUAMALAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2010


Kredit : http://abdulaziznia.blogspot.my/2011/11/waris-khunsa-dan-munaskhah.html 

PERBANDINGAN DI ANTARA KHUNSA DAN MUKHANNAS

Posted 13 December 2008 by towardsmardhatillah in Islamic Studies.


Secara fitrah Allah Taala mencipta mahklukNya dalam keadaan berpasangan, iaitu lelaki dan perempuan bagi kelompok manusia serta jantan dan betina bagi kelompok haiwan sebagai langkah asas bagi proses pembiakan. Selain itu terdapat species haiwan khunsa seperti siput, kerang dan ikan kerapu yang memiliki dua jantina bagi proses pembiakan. Khunsa juga wujud dikalangan manusia. Kewujudan makhluk-makhluk ini merupakan tanda-tanda kebesaran dan juga keagungan Allah Taala.


Dari segi fiqh Islam, Manusia khunsa ialah individu yang tidak diketahui jantinanya sama ada lelaki ataupun perempuan disebabkan dia memiliki zakar dan faraj serentak ataupun tidak memiliki kedua-duanya langsung semenjak asal. Khunsa terbahagi kepada dua jenis, iaitu khunsa musykil (khunsa yang diragui) dan juga khunsa ghair musykil (khunsa yang tidak diragui). Khunsa musykil ialah individu yang tidak diketahui langsung jantinanya disebabkan tiada sebarang tanda-tanda yang boleh diklasifikasikan sebagai lelaki ataupun perempuan. Manakala khunsa ghair musykil pula ialah individu yang sudah dapat dipastikan sama ada dia itu wajar dikatogarikan sebagai lelaki ataupun perempuan melalui tanda-tanda seperti kedatangan haid.


Harus dari sudut hukum syarak bagi khunsa ghair musykil untuk berkahwin tetapi haram bagikhunsa musykil untuk berkahwin. Jika khunsa ghair musykil itu seorang lelaki, maka pasangannya mestilah perempuan. Jika dia itu seorang perempuan, pasangannya ialah seorang lelaki. Malah harus juga bagi individu terbabit (khunsa ghair musykil) untuk memotong atau membuang salah satu alat kemaluannya yang tidak berfungsi sama ada untuk bersetubuh ataupun untuk kencing (membuang air kecil).


Dari pembahagian harta pusaka, khunsa ghair musykil akan mendapat bahagian haknya seperti mana kaum perempuan ataupun lelaki. Namun bagi khunsa musykil, menurut al-Imam Abu Hanifah; dia hanya mendapat bahagian yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan pihak lelaki dan juga perempuan. Menurut, al-Imam Malik, Abu Yusuf dan al-Syiah al-Imamiyah, seseorang khunsa musykil berhak mengambil hak pusaka secara pertengahan antara bahagian lelaki dan juga perempuan. (sila rujuk kitab Fiqh al-Sunnah, jld.3, hlm 485)


Selain lelaki, perempuan dan khunsa, ada juga golongan lain yang wujud dalam kalangan masyarakat manusia, iaitu mukhannas. Mukhannas bermaksud: seseorang yang menonjol dirinya menyerupai wanita. Golongan ini dilaknat oleh Rasulullah sebagai musuh Allah. Dalam bahasa Melayu mukhannas juga dikenali sebagai pondan atau Mak Nyah ialah lelaki yang bertindak menyerupai wanita. Perbezaan antara khunsa dan mukhannas adalah amat ketara sekali. Khunsa memiliki zakar dan faraj serentak ataupun tidak memiliki kedua-duanya langsung semenjak asal. Sedangkan mukhannas hanya memiliki zakar sahaja semenjak asal tetapi sikapnya menjadi lembut lebih daripada seorang wanita disebabkan dorongan naluri dan tekanan jiwa yang dahsyat hinggakan ada yang sanggup menjalani pembedahan plastic untuk memilik fajar dan payu dara. Dengan kata lain, seorang mukhannas ataupun pondan itu sebenar adalah seorang pesakit jiwa.


Namun mengikut Kamus Dewan Bahasa yang disusun oleh Teuku Iskandar, pondan bermaksudlelaki sebagai wanita dan wanita sebagai lelaki. Manakala khunsa pula didefinisikan sebagaipondan. Pasti sekali definisi khunsa sebagai pondan itu salah kerana kewujudan khunsa ditentukan oleh Allah Taala. Sedangkan kewujudan mukhannas atau pondan pula disebabkan penyakit tekanan jiwa yang dialami oleh seseorang yang akalnya dikuasai oleh nafsu jahat. Malah definisi itu juga turut mempengaruhi minda mereka yang gila menukar jantina untuk menganggap diri mereka adalah khunsa yang telah ditakdirkan oleh Allah Taala. Lantaran penyakit jiwa yang dialami, pondan sanggup berpakaian perempuan dan menggoda kaum lelaki demi untuk memuaskan nafsu sex rambangnya sama ada dengan cara mengulum dan menghisap zakar lelaki lain ataupun dengan cara mengamalkan tabiat sex umat Nabi Luth a.s(homosexual) yang ahirnya dimusnahkan oleh Allah Taala.


Mafhum firman Allah: Maka setelah datang keputusan Kami, Kami jadikan bahagian yang di atasnya jatuh ke bawah (dibalikkan permukaan bumi) dan Kami turunkan kepada meeka hujan batu daripada tanah-tanah yang terbakar panas yang jatuh berturut-turut. (Surah Hud, ayat 82).


Malah ada dikalangan mereka yang gemar menjalani kehidupan seperti pelacur semata-mata inginkan kepuasan sexual. Melalui aktiviti sundal ini, pondan-pondan yang sudah rosak jiwa dan akal mereka akan berpeluang mengumpul wang bagi tujuan merubah bentuk badan mereka. Ada yang sanggup mendapatkan suntikan hormon untuk membesarkan payu dara dan tidak kurang juga yang begitu gila untuk melalui pembedahan plastic untuk memiliki faraj disamping memotong zakar mereka. Walau apa cara sekalipun diusahakan, pondan tetap juga seorang lelaki!


Kewujudan pondan di seluruh negara merupakan satu gejala buruk yang perlu ditangani segera dan bukannya dibiarkan mereka berkeliaran sepertimana yang didapati di Jalan Chow Kit, Kuala Lumpur. Ini kerana aktiviti sex yang diamalkan pondan adalah salah satu penyebab menularnya bala penyakit Hiv Aids dalam kehidupan masyarakat. Sebagai langkah mengatasi masalah ini, pihak kerajaan disaran mengambil tindakan tegas dengan menubuhan pusat pemulihan akhlak khusus bagi berusaha mengubati jiwa serta akal golongan pondan yang rosak akibat dikuasai oleh nafsu jahat. Adalah tidak adil jika kerajaan sanggup menghabiskan wang berjuta-juta ringit bagi membiayai Pusat Serenti khusus untuk penagih-penagih dadah tetapi dalam masa yang sama kerajaan juga sanggup membiarkan golongan pondan ini hanyut dalam kehidupan dosa yang sentiasa mengundang bala dan kemurkaan Allah Taala.

04 January 2017

CVT Clutch self-learning & CVT clutch adaption


CVT Clutch self-learning & CVT clutch adaption


Clutch self-learning adaptation is a wonderful procedure. It can compensate the tolerance of the product, the ware of the parts inside TR and the torque accuracy of the engine. Clutch adaptation ensures CVT clutch engages and tale off smoothly after car produced and the lifetime of the car.
It has two type of clutch adaptation, end of line adaptation and life time adaptation. OEM and dealers are responsibility for end of line adaptation. Here we descriptive life time adaptation which can perform by our CVT users.

Whenever our CVT users fell clutch engage or take off not so smooth, we can perform clutch adaptation to improve it. CVT clutch adaption can be automatic adjusted when CVT users perform shifting action. Here is the step how a CVT user can perform clutch adaptation:

1)It is must be braking during the whole process and at the same time perform shifting action. 

First step, shift to N and wait for 5 seconds.



2)Then shift to D and wait 5 seconds



3)Then shift to N and wait 5 seconds



4)Then shift to R and also wait 5 seconds



5)At last, shift to N.


The above process is a loop of clutch adaption. And normally we should perform 3-5 times clutch adaptation to get its best engage point. Different oil temperatures need to have different values, so it is better if the user can perform clutch adaptation in different temperature. If winter is coming, the temperature getting lower and lower, if CVT user can perform few times clutch adaptation in the morning with cold condition of the car, that’s will be perfect.
Remarks :
If you replace CVT, TCU and hydraulic unit, you must let profession person like the technician at the dealer to reset old clutch adaption value and do end of line clutch adaptation for your car.