Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo KAgetan, Ojo Aleman
Sunan
Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang
sangat lekat dengan muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan
pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Bahasa Jawa sebagian besar banyak
digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Sama-sama bahasanya, namun yang membedakan adalah tata bahasanya.
Meskipun berbeda-beda tetap satu bahasa yaitu bahasa Jawa.
Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, “Wong Jowo sing ora njawani” (Orang jawa yang tidak mengerti ‘jawa’nya sendiri).
Berikut rangkuman filosofi Jawa yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga, yang mungkin sering kali kita dengar atau pernah mendengarnya:
Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, “Wong Jowo sing ora njawani” (Orang jawa yang tidak mengerti ‘jawa’nya sendiri).
Berikut rangkuman filosofi Jawa yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga, yang mungkin sering kali kita dengar atau pernah mendengarnya:
1. Urip Iku Urup-Hidup itu 'nyala', yakni bisa berguna buat sesama manusia
“Hidup itu nyala, hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik”.Hidup itu seperti lampu atau lilin dan sejenisnya yang mampu memberi manfaat penerangan bagi yang membutuhkan. Ada yang hidup hanya sekadar hidup, namun tak memberi manfaat bagi sekitar. Dan juga hidup bersosial itu perlu. Kita tak bisa hidup sendiri, semua pasti saling membutuhkan karena kita diciptakan sebagai makhluk sosial.
2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
“Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak”.Mengusahakan (mengupayakan) keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan hidup di dunia. Dapat diartikan juga bahwa kita hidup di dunia ini hendaknya senantiasa mengusahakan dan menjaga keselamatan hidup kita sendiri dan kehidupan di sekitar kita dengan mempedulikan ciptaan Allah yang lain. Hal ini bertujuan supaya kehidupan kita menjadi selaras dan dinamis.
3. Suro Diyo Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
"Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar".Keras hati adalah tidak peduli terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain. Seseorang yang hatinya mengalami kondisi tersebut tidak merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Sumber keras hati adalah hawa nafsu. Hendaknya kita mengontrol nafsu kita dengan bijak agar tidak terlanjur keras hati.
Sifat picik adalah sifat sempitnya tentang pandangan, pengetahuan, pikiran, dan sebagainya. Maka jadilah orang yang “longgar” (terbuka). Karena orang yang terbuka dan tidak berpikiran sempit selalu memandang bahwa dari orang yang paling kecil pun, ia bisa belajar banyak dari mereka atau dari hal yang paling keliru pun, ada hal positif yang bisa diambil. Apalagi sifat angkara murka yang berarti kebingisan dan ketamakan yang jelas menjadi sifat yang tidak patut ditiru dan hanya menjadi celaka diri sendiri.
4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondo
"Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; kaya tanpa didasari kebendaan".Kita harus 'maju perang', namun kita harus berangkat sendiri, tidak diperbolehkan membawa 'pasukan'. Berjuang tanpa membawa massa. Mengapa demikian? Karena kita harus berperang melawan "diri sendiri'. Ungkapan Jawa, menang tanpa ngasorake tersebut memiliki arti bahwa tujuan pencapaian kita yang kita harapkan, kemenangan yang kita inginkan, haruslah tanpa merendahkan orang lain.
Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, berarti suatu kekuasaan tercipta karena citra dan wibawa seseorang, perkataannya, membuat orang lain sangat menghargainya. Sehingga apa yang diucapkannya, orang lain senantiasa mau mengikutinya. Kaya tanpa didasari kebendaan, kaya yang dimaksud sebenarnya adalah tidak berkekurangan, artinya bukan semata-mata harta yang menjadikan tolak ukur. Kaya yang dituju dalam hidup bukanlah pengumpulan harta benda dan uang selama hidup.
5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
"Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; jangan sedih manakala kehilangan sesuatu".Musibah tak pernah lepas dari manusia, namun jangan gampang menyerah. Sedih dan sakit hati, apalagi berburuk sangka dengan Sang Pencipta. Semua itu ujian bagi kita. Perlu diingat bahwa Allah tidak akan memberikan ujian yang melapaui batas makhluk-Nya. Jika kita tidak tergesa-gesa, mau bersabar dan berpikir jernih pasti ada jalan keluar atau solusinya. Yakinlah! Di balik kesulitan, ada kemudahan yang begitu dekat.
6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman
"Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan mudah kolokan atau manja".Jangan mudah terheran-heran adalah pelajaran untuk kita tidak mudah heboh atas sebuah peristiwa atau kejadian yang kita lihat. Kehebohan itulah yang justru membuat kita terlihat bodoh. Sikapi segala sesuatu dengan tenang dan anggap semuanya adalah kewajaran yang luar biasa.
Jangan mudah menyesal adalah pelajaran untuk selalu menyadari bahwa setiap hal yang kita putuskan selalu mempunyai resiko, dan atas resiko yang terjadi maka kita harus selalu siap. Sesal kemudian tidak berguna. Selalu berpikir postif dan belajar atas semua kejadian adalah hal yang lebih baik.
Jangan mudah terkejut adalah pelajaran untuk kita bersikap waspada, mawas diri, fleksibel, dan tidak reaktif. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Oleh karenanya, jangan pernah meremehkan sesama. Bersikaplah secara wajar dan bijak.
Jangan mudah kolokan atau manja, hidup kita adalah tanggung jawab kita. Setiap kewajiban kita perlu dikerjakan tanpa harus mendapat pujian dan sanjungan. Hidup tidak selalu mudah, tidak perlu berkeluh-kesah dan merengek, karena mengeluh dan merengek tidak akan menyelesaikan masalah kita. Hidup itu mesti diperjuangkan dengan penuh kegigihan.
7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman
"Jangan terobsesi atau terkukung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi".Hidup ini bukan hanya tentang memiliki kedudukan yang tinggi yang dapat disegani oleh sekitar, sehingga kebendaan atau kekayaan yang menjadi tolak ukur atas tingginya martabat diri. Namun, semua itu hanya menuju ke kepuasan duniawi, dan seakan lupa kita mempunyai jiwa dan hati nurani yang sebenarnya berat menyangga semua itu. Nafsu yang menikmati, tapi hati yang bersih dapat ternodai.
8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidro Mundak Ciloko
"Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka".Manusia terkadang tidak bisa mengontrol diri ketika dia merasa pandai, sehingga menghalalkan kepandaiannya untuk berbuat curang, yang sebenarnya menjadi jurang celakanya sendiri. Teringat kata seseorang:
“Seorang guru itu bisa siapa saja. Siapa saja bisa menjadi guru; asal sesuatu darinya bisa di gugu (dipercaya dan diikuti ucapan-ucapannya) dan aku tiru (contoh). Boleh jadi kalian, atau di antara kalian diam-diam adalah guru-guruku dalam berbagai hal dan bidang”.Bisa jadi kepandaian kita berasal belajar dari apapun yang di sekitar kita yang dianggap biasa, namun tidak kita sadari. Oleh karena itu, kita tidak bisa merasa paling pandai hingga menjadi sombong. Seseorang yang pandai bisa dimulai belajar dari sesuatu yang kecil dan mengarahkannya pada jalan yang baik.
9. Ojo Milik Barang kang Melok, Ojo Mangro Mundak Kendo
"Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah. Jangan berpikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat".Manusia rentan tergoda oleh sesuatu yang ‘wah’ di matanya, hingga lupa apa yang menjadi tujuannya. Yang seharusnya dia berjalan lurus, namun bisa berbelok arah. Untuk melangkah dan mengambil keputusan harus lebih berhati-hati, perlunya pertimbangan yang matang guna mendapatkan keputusan yang baik dan benar, sehingga bisa meminimalisir resiko kesalahan dan akhirnya tidak ada lagi penyesalan yang berkelanjutan.
10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
"Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti".Nah, untuk ini sudah pasti banyak yang mendengar kata-kata yang cukup sederhana dan mudah dimengerti. Tidak perlu menjadi yang paling berkuasa, yang paling besar kedudukan dan martabatnya, dan yang paling sakti atau kuat dirinya. Karena semua itu akan menjadikan kita perpecahan dan buta akan kebhinekaan atau keberagaman yang seharusnya menjadi warna layaknya pelangi.
Meski kamu mungkin bukan orang Jawa, memaknai filosofi tadi juga nggak ada salahnya, kok. Toh, jika itu baik, kenapa nggak? :)
Kredit: https://www.hipwee.com/list/10-filosofi-jawa-yang-diajarkan-oleh-kanjeng-sunan-kalijaga/
No comments:
Post a Comment