Berwudhu
|
Berwudhu
Yang praktis dan mencukupi
Yang sebaik-baiknya
Hikmah-hikmahnya
Cara atau jalan untuk membina mental dan rohani sungguh
banyak sekali. Jalan yang pasti ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
mengekalkannya yang disebut sebagai ibadah. Salah satu mata rantai ibadah itu
adalah Wudhu'.
Kegunaan Air Wudhu
Untuk segala macam solat hukumnya wajib.
Untuk Thawaf di Ka'bah, thawaf apa saja, hukumnya wajib.
Sewaktu hendak membaca Al-Qur'an hukumnya sunnat
Sewaktu hendak tidur atau lain-lain perbuatan yang baik,
hukumnya sunnat
Alat Yang Dipakai
Alat yang dipakai ialah air. Meskipun demikian, air yang
digunakan untuk berwudhu' adalah air yang suci lagi menyucikan
(pengertiannya?), iaitu: Air hujan, Air Sumur, Air Sungai, Air Laut, Air dari
mata Air, Air Telaga, Air Danau, Air Ais, Air Ledeng.
Cara-caranya
Berniat dalam hati bahawa berwudhu' untuk..., lalu:
Membasuh muka dengan air (cukup sekali asalkan merata ke
seluruh muka)
Basuhlan tangan hingga sampai dengan kedua siku (cukup
sekali asal merata).
Sapulah sebahagian kepala, cukup sekali saja
Basuhlan kaki hingga sampai dengan kedua mata kaki (cukup
sekali asal merata).
Bila dikerjakan seperti di atas, maka wudhu' sudah sah.
Berwudhu' yang lebih sempurna
Bila ingin berwudhu' lebih sempurna, yakni sempurna
lahiriah dan sempurna pula dalam ganjaran, maka kerjakanlah
tabahan-tambahannya dengan cara sebagai berikut:
1. Mulailah dengan mengucapkan Bismillaahir rahmaanir
rahiim...
2. Menghadaplah kearah kiblat
3. Usahakanlah berwudhu' dengan tidak meminta bantuan
orang lain, seperti menimba, dan sebagainya.
4. Basuhlah jari-jari tangan dengan menyelat-nyelatinya.
Dan bagi jari yang bercincin, jam atau perhiasan yang dipakai di jari-jari
lainnya, bukalah perhiasan tersebut agar air dapat merata membasahi seluruh
jari-jari.
5. Berkumur-kumur.
6. Masukkanlah air ke dalam hidung, lalu keluarkanlah
kembali (istinsyaq).
7. Gosoklah gigi untuk menghilangkan sisa makanan dan bau
mulut yang kurang sedap.
8. Mulailah dengan anggota wudhu'yang sebelah kanan.
9. Ulangilah masing-masing sampai tiga kali (3X).
10. Ratakanlah air hingga membasahi seluruh anggota wudhu'
11. Ketika menyapu kepala, ratakan seluruhnya (letakkan
ibu jari samping kiri dan kanan kepala, lalu putarlah telapak tangan dari
depan ke belakang, kemudian kembali ke depan (cukup sekali).
12. Basuhlah telinga dengan memasukkan telunjuk ke lubang
telinga, ibu jari dibelakang telinga.
13. Bila selesai berwudhu', hadapkan muka ke arah kiblat
dan berdoalah dengan membaca:
Asyhadu an laa ilaaha illalaahu wa asyhadu anna Muhammadan
'abduhu wa Rasuuluh, Allahummaj'alnii minat tawwaa biinaa waj'alnii minal
mutathahhiriin.
Aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku
bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya
allah , masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang bertaubat, dan
jadikanlah aku masuk ke dalam golongan orang-orang yang suci.
14. Lakukanlah solat sunnat wudhu' dua raka'at.
Hal-hal yang Membatalkan Wudhu'
1. Keluar sesuatu dari "dua pintu" belakang
seperti buang angin (kentut), buang air besar atau kecil, haid atau nifas,
dan sebaganya.
2. Hilang akal (kerana sakit, mabuk, gila dan sebagainya)
.
3. Bersetubuh.
|
Tayammum
|
"Manakala seorang muslim atau mukmin itu berwudhu,
lalu ia membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu semua dosa yang
dilihat oleh matanya bersama air atau bersama titisan yang terakhir dari air.
Manakala ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah (terusir) semua dosa
yang tersentuh oleh kedua tangannya bersama air atau bersama-sama dengan
titisan terakhir dari air. Manakala ia membasuh kedua kakinya, maka sirnalah
semua dosa yang pernah dijalani oleh kakinya bersama air atau bersama titisan
air yang terakhir, sehingga keluar (selesailah) dalam keadaan bersih dari
dosa-dosa." (Hr Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Air Wudhu
Wudhu merupakan salah satu ibadah yang khas yang dapat
dipakai untuk solat, thawaf, hendak tidur, jalan keluar rumah, serta memelihara
jiwa dan raga dari berbagai cacat.
Wudhu dengan air bersih dan murni bererti meniti kosmetik
tradisional dan anti biotik alamiah, kerana itu, Islam tidak membenarkan
berwudhu dengan air musta'mal (air bekas dipakai), air buah-buahan,
akar-akaran atau air yang sudah berubah sifat-sifatnya (warna, rasa dan
baunya). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahawa wudhu ialah membasuh
muka, membasuh kedua tangan hingga dua siku, menyapu kepala, dan membasuh
kaki hingga dua mata kaki yang diawali dengan niat dalam hati.
Almarhum Buya Hamka, melalui bukunya "Lembaga Hidup" menulis tentang wudhu sbb:
"Lima kali sekurang-kurangnya sehari semalam disuruh
berwudhu dan solat. Dan meskipun wudhu belum lepas, sunnat pula
memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf diterangkan pula hikmah wudhu itu.
Mencuci muka, ertinya mencuci mata, hidung, mulut dan lidah, kalau-kalau
tadinya berbuat dosa ketika melihat, berkata dan makan. Mencuci tangan dengan
air, dalam hati dirasa seakan-akan membasuh tangan yang terlanjur berbuat
salah. Membasuh kaki, dan lain-lain demikian pula. Mereka perbuat
hikmat-hikmat itu, meskipun di dalam hadis dan dalil tidak bertemu, adalah
supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, padahal bathinnya masih
tetap kotor. Hatinya masih khizit, loba, tamak, rakus, sehingga wudhunya lima
kali sehari itu tidak berbekas diterima Allah, dan sembahyangnya tidak
menjauhkan dari pada fahsya (keji) dan mungkar (dibenci)".
Penulis "Lembaga Hidup" sengaja merangkaikan keutamaan wudhu dengan masalah kesehatan badan dan kebersihannya, lalu dihubungkan dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w Tulisnya:
"Bukan kita hidup mencari puji, bukan pula supaya
kita paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau
kita menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga". Sebagaimana
sabda Rasulullah s.a.w: "Perbaguslah pakaianmu, perbaiki tunggangan
(kenderaan) mu, sehingga kamu laksana sebutir tahi lalat di tengah-tengah
pipi, di dalam pergaulan dengan orang banyak".
Allah s.w.t. menurunkan wahyu, memberi hidayah
penuntun rohani dan jasmani agar keduanya tetap berfungsi dan terpelihara.
Rasulullah s.a.w bersabda:
"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah
pergi ke kuburan, lalu memberi salam : "Assalamu'alaikum Dara Qaumin
(perkampungan orang mukmin) dan Insya Allah kami akan menyusul kemudian, saya
ingin benar melihat-lihat saudaraku." Berkata sahabat: "Bukankah kami
ini adalah saudaramu ya Rasulullah? "Ya, kamu adalah sahabatku, dan
saudara-saudaraku yang belum datang kini." Sahabat kembali bertanya:
"Bagaimanakah engkau dapat mengenal mereka yang belum datang kini dari
ummatmu ya Rasulullah?" Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bagaimana pendapatmu jika seorang mempunyai kuda belang putih muka dan
kakinya, ditengah-tengah kuda yang semuanya hitam, tidakkah mudah mengenal
kudanya?" Para sahabat menjawab : "Benar Ya Rasulullah."
"Maka itu ummatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan
kakinya sebagai bekas wudhu, dan saya akan membimbing mereka itu ke Haudh
(Telaga Syafa'at)"
Cahaya, Kebersihan dan Kehidupan
Dalam air wudhu yang sakral terdapat cahaya, kebersihan
dan kehidupan. Air bekas (mus'tamal) atau tersadur najis, akan menjadi sumber
penyakit, buruk bagi fisik, kimia, maupun biologis. Islam pun melarang
berwudhu dengan air yang demikian. Air sebagai keperluan vital kehidupan.
Al-Qur'an memberi penjelasan bahawa kehidupan dimulai dari air, seperti
disebutkan dalam firmannya:
"Dan kami telah menciptakan segala sesuatu yang hidup
itu dari air, apakah mereka belum mau juga beriman?" (Al-Anbiya:30).
Hal-hal Yang Tidak Membatalkan Wudhu
Banyak sekali perbuatan yang dikira orang membatalkan
wudhu, padahal tidak. Misalnya, seorang pekerja yang berpalitan dengan oli
dan minyak, mengira air wudhunya sudah rosak dan wudhunya batal, padahal
tidak; sementara yang dianggap remeh ternyata justru membatalkan wudhunya.
Beberapa hal yang tidak membatalkan wudhu antara lain:
1. Bersentuhan antara pria dan wanita, sudah dewasa, tanpa
lapis, selama tidak mengandung niat yang nafsu dan tak senonoh. Dalam suatu
hadis disebutkan:
"Aisyah r.a. berkata: Suatu malam aku kehilangan Rasulullah
s.a.w. dari tempat tidurku, maka terabalah oleh telapak tanganku pada
kedua telapak kakinya yang keduanya dalam keadaan berdiri; dan Rasulullah
s.a.w. sedang sujud sambil membaca: Allaahumma innii a'udzu
biridhaaka, min sakhatika, wa a'uudzu bimu' aafaatika min uquubatika, wa
a'uudzu bika minka laa uhshiitsanaa'an 'alaika anta kamaa atsnayta 'alaa
nafsika." (HR Muslim dan At Turmuzy).
Yang erti doanya: "Ya Allah, aku berlindung dengan
ridhaMu dari murkaMu, berlindung dibawah naunganMu; ringkasnya aku berlindung
kepadaMu daripadaMu. Tiada terhitung puja-pujiku untukMu. Engkau sebagaimana
pujianMu atas diriMu sendiri."
"Aku tidur dihadapan Rasulullah s.a.w., sedang
kakiku berada di arah kiblat. Maka apabila Ia sujud, dirabanya aku dan
dipegangnya kakiku". Sementara dalam lafazh yang lain disebutkan
:"Maka jika ia akan sujud, kakiku, dirabanya". (HR Bukhary dan
Muslim, sumber Aisyah)
2. Keluar darah dari tempat yang lazim, seperti luka, bukan
dari qubul atau dubur.
3. Kerana muntah
4. Kerana makan minum. Seperti disebutkan dalam hadits
nabi:
"Manimunah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. telah
makan di rumahnya dengan panggangan kambing, kemudian Rasulullah s.a.w. langsung
solat tanpa memperbaharui wudhu." (HR Bukhary dan Muslim).
5. Terkena segala jenis najis atau kotoran lainnya. Najis
tidak menghilangkan wudhu', hanya dia cukup dibersihkan saja.
6. Tersentuh kemaluan tanpa maksud yang lain. Seperti
disebutkan dalam hadis:
"Bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah
s.a.w. tentang orang yang menyentuh kemaluannya, apakah ia wajib
berwudhu? Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak, dia adalah
sebagian dari tubuhmu sendiri". (HR Lima Ahli Hadits)
Perosak Tayammum
Tayammum merupakan pengganti wudhu atau mandi. Kerana itu,
ia boleh rosak atau batal apabila :
1. Langsung melihat air dan dapat menggunakannya (khusus
bagi mereka yang bertayammum kerana tidak ada air).
2. Segala sesuatu yang membatalkan wudhu'.
Hal-hal lain yang perlu diketahui ialah:
1. Satu kali tayammum dapat digunakan untuk beberapa solat
atau thawaf, baik yang wajib maupun yang sunat.
2. Apabila mendapatkan air, padahal solat sudah dikerjakan
dengan tayammum, maka solatnya tidak perlu diulangi lagi.
|
Tatacara Shalat
|
|
Apabila kita sudah mempunyai air wudhu bererti kita sudah
siap untuk mengerjakan solat. Kita boleh solat dimana saja asalkan di tempat
suci. Suci disini maksudnya adalah tidak bernajis. Boleh menggunakan alas
seperti sajadah atau apa saja yang bersih, sekalipun tidak memakai alas sama
sekali, seperti di atas bumi. Meskipun demikian, yang penting dipersiapkan
sebagai persyaratan shalat ialah:
Menutup aurat bagi lelaki iaitu antara pusat dengan lutut.
Aurat wanita, seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan. Menutup aurat
boleh dengan apa saja asal suci, tidak tembus pandang seperti plastik bening
atau benda semacam lainnya.
Menghadap ke arah kiblat, yaitu Ka'bah di Makkah. Bila tidak
memungkinkan, misalnya di atas kereta api, kapalterbang atau tak diketahui
sama sekali, maka hadapkanlah wajah kita ke mana saja yang kita merasa
condong bahawa itu adalah kiblat.
Harus mengetahui dengan yakin sudah berada dalam waktu
solat yang hendak dikerjakan.
Yakin bahawa badan, pakaian, dan tempat solat suci dari
najis.
Suci dari hadas besar dan hadas kecil.
Sesudah mempunyai air wudhu' dan siap untuk solat, maka
kita segera dapat memulainya dengan urutan sebagai berikut.
Berdiri tegak lurus dengan menghadap ke arah kiblat,
disertai dengan niat: "Aku solat...(zuhur, misalnya), wajib kerana
Allah". "Usalli fardhu...(Zhuhrii), lillahii ta'ala"
Takbiratul Ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan
sampai menyentuh telinga diiringi dengan membaca:
Allahhu Akbar (Allah Maha Besar) (1x)
Ucapan "Allahhu Akbar" disebut Takbiratul
Ihram (hukumnya wajib) kemudian pada saat peralihan gerak atau sikap,
sangat dianjurkan mengucapkan takbir "Allahhu Akbar". Yang perlu
diperhatikan, apabila takbir dilakukan dalam keadaan berdiri, maka sebaiknya
pengucapan takbir ini disertai dengan mengangkat kedua tangan seperti pada
sikap takbiratul ihram. Dan apabila perpindahan gerak atau sikap terjadi
dalam keadaan duduk, maka ucapan takbir tidak perlu disertai dengan
mengangkat kedua tangan. Semua ucapan takbir dalam shalat hukumnya sunnat,
kecuali takbir yang pertama yaitu takbiratul ihram.
Selesai membaca takbiratul ihram, tangan langsung
disedekapkan ke dada. Yang kanan menghimpit tangan kiri, pergelangan sejajar
dengan pergelangan. Kemudian membaca doa iftitah (doa permulaan dan atau doa
pembuka) yaitu:
Innii wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal
ardha haniifan musliman wamaa ana minal musyrikiin. Inna salaati wa nusukii
wa mahyaayaa wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa
bizdaalika umirtu wa ana minal muslimin.
Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menjadikan langit
dan bumi, dengan keadaan suci lagi berserah diri; dan aku bukanlah dari
golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku,
matiku hanya semata-mata bagi Allah, Tuhan Semesta alam. Tidak ada sekutu
baginya, demikian akau diperintahkan, dan aku adalah termasuk kedalam
golongan orang-orang yang berserah diri.
Membaca do'a iftitah hukumnya sunnat. (Selain doa tersebut
di atas, masih ada doa'a-do'a iftitah yang lain yang biasa juga dibaca oleh Rasulullah
s.a.w.).
Selesai membaca do'a iftitah, lalu membaca "ta'awwudz".
Bacaan t'awwudz hukumnya sunnat. Lafazhnya yaitu:
A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim
Aku berlinding kepada Allah dari kejahatan setan yang
terkutuk.
Seudah ta'awwudz, lalu membaca surah Al Fatihah.
membaca surah Al Fatihah pada setiap rakaat solat (wajib/sunnah)
hukumnya wajib.
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi
rabbil'aalamin Arahmaanirrahiim Maaliki yawmiddiin Iyyaaka
na'budu wa iyyaaka nasta'iin Ihdinash shiraathal mustaqiimShirathal
ladziina an'amta alaihim gahiril maghdhuubi'alaihin waladh dhaalliin Aaamiin
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang memelihara sekalian Alam Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang merajai hari pembalasan Hanya
kepada-Mu kami meyembah dan hanya kepada-Mu saja kami mohon pertolongan Tunjukilah
kami jalan yang lurus Jalan mereka yang Engkau beri ni'mat, bukan jalan
mereka yang engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.Kabulkanlah
permohonan kami,ya Allah!
Sesudah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua pada solat wajib, kita disunnatkan membaca surah-surah atau ayat yang lain. Pada rakaat selanjutnya yaitu ketiga dan/atau keempat, kita hanya diwajibkan membaca Al Fatihah saja, sedangkan pembacaan surah atau ayat lainnya tidak diwajibkan. Surah-surah atau ayat-ayat Al Quran yang diinginkan dapat saja kita pilih diantara sekian banyak surah dari Al Quran. Sebaiknya usahakanlah tetap membaca surah atau beberapa ayat Al Quran sesudah al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua (pada solat wajib) misalnya: Wal ashri innal insaana lafii khusrin illaladziina 'aamanu wa'amilus shaalihaati watawaashaw bil haqqi watawaashaw bis shabri (QS)
"Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam
kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh serta mereka yang
berwasiat pada jalan kebenaran dan mereka yang berwasiat pada
ketabahan."
Di dalam ruku membaca :
1. Subhaana rabbiyal azhim (3x) ("Maha Suci
Tuhanku Yang Maha Agung")
atau
2. Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika
allaahummaghfirlii ("Maha suci Engkau ya Allah, ya Tuhan Kami,
dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku")
*Boleh dipilih salah satu di antara kedua do'a tersebut.
I'tidal atau bangun dari ruku seraya mengangkat kedua
tangan membaca:
Sami'allaahu liman hamidah. Rabaanaa walakal hamdu. (Maha
mendengar Allah akan pujian orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, untuk-Mu
lah segala puji.")
Bagi orang yang telah lancar bacaannya, maka pujian bangun
dari ruku dapat diperpanjang dengan:
"Mil-ussamaawaati wa mil ul ardhi wa mil-umaa syi'ta
min sya-in ba'du" (Untuk-Mu lah segala puji sepenuh langit dan bumi dan
sepenuh apa yang Engkau kehendaki.)
Bacaan dalam sujud:
Subhaana rabbiyal a'la (3x) (Mahasuci Tuhanku Yang
Maha Tinggi_
Atau boleh juga membaca pujian seperti pujian No. 2 dalam
ruku yaitu:
Subhaanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika
Allaahummaghfirlii (Mahasuci Engkau ya Allah, ya Tuhan kami, dengan memuji
Engkau ya Allah, ampunilah aku)
Ketika duduk diantara dua sujud membaca:
Allaahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii, wahdinii,
warzuqnii (Ya Allah, ampunilah hamba, kasihanilah hamba, cukupilah
hamba, tunjukilah hamba, dan berilah hamba rizki.)
Atau boleh juga membaca:
Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii,
wahdinii, wa'afinii, wa'fu'annii. (Wahai Tuhanku, ampunilah aku,
rahmatilah aku, cukupilah aku, angkatlah derajatku, ber rizqilah aku,
tunjukilah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah segala kesalahanku.)
[ kembali
ke atas ]
Bacaan dalam sujud kedua, sama dengan bacaan dalam sujud
pertama yaitu:
Subhaana rabbiyal a'la (3x)(Mahasuci Tuhanku yang
Maha Tinggi)
Bacaan-bacaan dalam ruku, i'tidal, sujud, dan ketika duduk
diantara dua sujud dalam solat, semuanya sunat (tidak wajib) yang amat
dianjurkan.
Sikap berdiri pada rakaat kedua sama dengan sikap berdiri
pada rakaat pertama, yaitu dengan bersedekap tangan ke dada, yang kanan di
atas yang kiri.
Mulai dengan membaca ta'awwudz:
A'uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim (Aku
berlindung kepada Allah dari kejahatan syaithan yang terkutuk.)
Kemudian diteruskan dengan membaca surah Al-Fatihah.
Sesudah membaca Al-Fatihah, kembali pada rakaat kedua
ini dianjurkan untuk membaca pula satu surah atau beberapa surah atau
ayat-ayat suci Al Quran. Kemudian kembali melakukan ruku.
Sikap dan bacaan ruku di rakaat kedua ini sama dengan
sikap dan bacaan pada ruku di rakaat pertama.
Sama dengan I'tidal pada rakaat pertama, bangkit serta
mengangkat kedua tangan seraya membaca do'a i'tidal.
Bacaan di dalam sujud ini sama dengan bacaan pada sujud di
rakaat pertama.
Bacaan doa ketika duduk diantara dua sujud pada rakaat
kedua sama dengan bacaan pada rakaat pertama.
Sikap dan bacaan pada sujud kedua pada rakaat kedua sama
juga dengan sikap dan bacaan pada sujud-sujud sebelumnya.
Sikap duduk pada tahiyyat pertama (Tawarruk, keadaannya
sama ketika duduk antara dua sujud menduduki kaki kiri, sedang kaki kanan
tegak dengan jarijari kaki menghadap kiblat). Lain dengan sikap duduk pada tahiyyat
kedua atau tahiyyat akhir (ifti-rasy, kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari
kaki menghadap ke arah kiblat).
Bacaan ketika tahiyyat ialah:
At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu waththayibaatu
Semoga kehormatan untuk Allah, begitu pula segala do'a dan
semua yang baik-baik.
Assalaamu'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa
barakaatuh
Salam sejahtera untukmu wahai para Nabi, dan rahmat Allah
serta barakah-Nya.
Assalaamu'alainaa wa'ala ibaadillahis shaalihiin
Salam sejahtera untuk kami dan untuk para hamba Allah yang
saleh
Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan
'abduhu wa rasuuluh
Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain
Allah, dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya
Contoh di atas adalah praktek solat subuh 2 rakaat. Bila
Anda solat Maghrib 3 rakaat, maka bacaan tahiyyat pertama rakaat kedua cukup
samapai pada "Allaahumma shalli 'alaa Muhammad" dan akhir rakaat
ketiga bacaan tahiyyat dibaca dengan sempurna samapi "hamiidun majiid".
Setelah itu memberi salam.
Bila anda solat 4 rakaat, yaitu Zohur, Ashar, atau Isya,
maka akhir rakaat kedua persis sama dengan akhir rakaat kedua solat Maghrib.
Pada akhir rakaat ketiga, tak ada tahiyyat, dan pada akhir rakaat keempat
barulah anda sempurnakan bacaan tahiyyat hingga "hamiidun majiid",
lalu memberi salam sebagai akhir dari shalat.
Allaahumma shalli 'alaa Muhammadin wa'alaa aali
Muhammadin, kamaa shallaita 'alaa Ibraahim wa'alaa aali Ibrahim, wa baarik
'alaa Muhammadin, kama baarakta 'alaa Ibrahiima wa'alaa aali Ibraahima, fil
'aalamiina innaka hamiidun majiid.
Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan
keluarga Ibrahim, dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.
Menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai tahiyyat,
anda memberi salam dengan membaca:
Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh (Salam
sejahtera untukmu, rahmat Allah dan berkat-Nya.)
Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
Perhatian:
Ketika membaca tasyahhud (asyhadu..) dalam tahiyyat,
telunjuk kanan digerakkan ke atas bagai meyakinkan bahawa Allah itu hanya
Esa.
|
Solat Jama & Qasar
|
Solat Jama
Yang dimaksud dengan solat Jama adalah penggabungan dua waktu solat dan dikerjakan dalam satu waktu, misalnya solat Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya. Bila solat Zuhur dikerjakan bersama-sama dengan Ashar di waktu Ashar, maka dinamakan Jama Ta'khir. Sebaliknya bila solat Ashar dikerjakan bersama-sama dengan Zuhur di waktu Zuhur disebut Jama Taqdim. Demikian juga bila solat Maghrib dan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Maghrib, ia disebut Jama Taqdim, sebaliknya solat Maghrib dengan Isya dikerjakan bersama-sama pada waktu Isya, ia dinamakan Jama Ta'khir. Zuhur, Ashar, Isya dan Maghrib, rakaatnya tetap, 4,4,4, dan 3. Dalam solat Jama' baik yang taqdim maupun takhir, maka solat yang didahulukan mengerjakannya adalah solat yang lebih dulu waktunya. Jadi, bila selesai dengan shalat Zuhur, harus dilanjutkan dengan solat Ashar; begitu pula dengan solat Maghrib dan Isya. Solat Jama boleh dikerjakan oleh orang-orang yang:
Kerana dalam perjalanan atau musafir, iaitu sejak ia berangkat
hingga kembali ke kampung
Kerana sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang
betul-betul sulit ditinggalkan.
Ataupun sebab-sebab lain yang seseorang tidak mampu
menunaikan solat tersebut tepat pada waktunya.
Harus ada niat dalam hati bahawa ia mengerjakan solat
Jama'.
Shalat Qasar Yang dimaksud dengan solat Qashar ialah mengerjakan solat yang empat rakaat menjadi 2 rakaat sahaja, yakni solat Zhuhur, Ashar, dan Isya. Dalam Al Quran disebutkan:
"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka
tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang
orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata
bagimu". (An Nisa 101).
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya
bin Mazid r.a. katanya:
"Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar
shalat. Jawabnya: Rasulullah s.a.w. "Apabila ia berjalan jauh
3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka beliau solat dua rakaat"
Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Umar r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w. :"Apakah halnya kita, sedangkan kita telah aman". Rasulullah s.a.w. menjawab: "Itu adalah sadakah yang diberikan Allah s.w.t. kepada kamu, maka terimalah sedekahnya itu" (HR Ja'la bin Umayyah) Solat Qashar boleh dikerjakan oleh seseorang yang tengah berpergian (musafir) baik dalam keadaan aman, maupun dalam keadaan ketakutan; baik perjalanan wajib atau biasa, asalkan perjalanan yang bukan maksiat. Dalam perjalanan Haji, menuntut ilmu, berdagang, mengunjungi sahabat dan lain-lain, halal untuk mengqasharkan solat. Adapun solat qashar saja, maupun qasahar dan jama' yang dilakukan seseorang selama masa perjalanan, maka setelah ia tiba dirumah kembali, solatnya tidak perlu diulangi. Seorang musafir, boleh mengerjakan jama' dan qashar sekaligus. Bila ingin mengerjakan jama, dan qashar, jika ingin azan, maka azannya cukup satu kali saja dan iqamahnya dua kali. Caranya, mula-mula azan, lalu iqamah dan solat. Bila telah selesai ia iqamah sekali lagi untuk solat berikutnya. Solat qashar adalah bagian dari ketetapan agama Islam. Boleh jama' di dalam negeri "Telah berkata Ibnu Abbas: Rasulullah s.a.w. pernah sembahyang jama' antara Zuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: "Mengapa Rasulullah s.a.w. berbuat begitu? Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. berbuat begitu kerana tidak mahu memberatkan seorangpun daripada umatnya". (HR Imam Muslim) Boleh Seketika, Tetapi Bukan Leluasa Bila anda berpergian sebelum tergelincir matahari (yaitu sebelum Zuhur dan ternyata Zuhur tidak dapat dikerjakan pada waktunya kerana ada kerumitan atau halangan yang susah dielakkan), maka Zuhur dapat dikerjakan pada waktu Ashar, bersama-sama dengan solat Ashar. Bila anda keluar sesudah tergelincir matahari, yakni sudah dalam Zuhur, sedangkan anda sendiri memperkirakan tidak mungkin ada kesempatan untuk mengerjakan solat Ashar tepat pada waktunya, maka Ashar dapat anda kerjakan bersama-sama solat Zuhur di waktu Zuhur itu juga, demikian halnya dengan solat Maghrib dan Isya. Yang Penting Niat Bagi seorang yang betul-betul sibuk dengan tugas yang tidak dapat ditinggalkan (atau bila ditinggalkan dapat merosak), maka baginya ada keizinan/keringanan untuk mengerjakan solat jama' (Zuhur dengan Ashar di waktu Zuhur atau Zuhur dengan Ashar di waktu Ashar. Begitu juga Maghrib dengan Isya, sekali pun ia berada di dalam kota atau negeri. Tetapi, cara yang demikian bukanlah untuk dijadikan kebiasaan, namun dibenarkan bagi yang memang memerlukan, baik dalam solat atau diluar solat.
Pada waktu sujud dianjurkan membaca:
Sajada wajhiya lilladzii khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihawlihi waquwwatihi. (Aku bersujud kepada Allah yang menciptakannya, memberikan pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya) Catatan: Bila diluar solat, pembacaan ayat yang ditentukan melakukan sujud tilawah, maka pendengar (menyaksikan) dianjurkan ikut bersujud; bila mereka tidak ikut bersujud, maka tidak akan berdosa. Bila dalam solat jamaah, Imam bersujud tilawah, maka makmum wajib ikut bersujud, bila makmum tidak bersujud, maka gugurlah kedudukannya sebagai anggota solat berjamaah. |
Solat Berjamaah
|
Solat berjamaah adalah solat yang dilakukan secara
bersama, dipimpin oleh yang ditunjuk sebagai imamnya. Solat-solat yang bisa
dikerjakan berjamaah adalah:
Solat Lima Waktu: Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya
Solat Jum'at
Solat Tarawih
Solat Ied Fitri dan 'Idul Adha
Solat Jenazah
Solat Istisqa (Minta Hujan)
Solat Gerhana Bulan dan Matahari
Solat Witir
Cara Melakukan
Berniat dalam hati bahawa ia menjadi makmum atau iman.
Adapun seseorang yang pada mulanya solat sendirian, kemudian ada orang lain
yang mengikuti di belakangnya, baginya tidak dituntut sebagai imam.
Makmum tidak dibenarkan mendahului imam, baik tempat
berdirinya maupun gerakannya selama solat berjama'ah berlangsung. Makmum
diharuskan mengikuti sikap/gerak imam, tidak boleh terlambat apa lagi sampai
tertinggal hingga dua rukun solat.
Apabila makmum menyalahi gerakan imam (sengaja tidak
mengikutinya) maka putuslah arti jama'ah baginya; dan ia disebut mufarriq.
Antara imam dan makmum harus berada dalam satu tempat yang
tidak terputus oleh sungai atau tembok mati kerana itu berjamaah melalui
radio atau seumpamanya dalam jarak jauh, tidak memenuhi syarat berjamaah.
Imam hendaklah orang yang berdiri sendiri, bukan orang
yang sedang makmum kepada orang lain. Selain itu, imam hendaklah seorang
laki-laki. Perempuan hanya dibenarkan menjadi imam sesama perempuan dan
anak-anak.
Solat berjamaah hukumnya sunnah muakkad yaitu sunnat
yang sangat dianjurkan. Perbedaan nilai solat berjamaah, 27 kali lebih baik
daripada solat sendirian (munfarid). Solat berjamaah paling sedikit adalah
adanya seorang imam dan seorang makmum.
Bila seseorang terlambat mengikuti solat berjamaah,
hendaklah ia segera melakukan takbiratul ihram, lalu berbuat mengikuti imam
sebagaimana adanya. Bila imam sedang duduk, hendaklah ia duduk, bila iamam
sedang sujud iapun harus sujud; demikian seterusnya. Apabila imam sudah
memberi salam, hendaklah ia bangun kembali untuk menambah kekurangan raka'at
yang tertinggal dan kerjakanlah hingga raka'atnya memenuhi.
Ukuran satu rakaat solat ialah ruku'. Bila seseorang
mendapatkan imam ruku dan dapat mengikutinya dengan baik, maka ia mendapatkan
satu rakaat bersama imam.
Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila
seseorang di antara kamu mendatangi shalat, padahal imam sedang berada daam
suatu sikap tertentu, maka hendaklah ia berbuat seperti apa yang sedang
dilakukan oleh imam". (HR Turmudzi dan Ali r.a. )
Hikmah Berjamaah
Solat berjamah mengandung faedah dan manfaat yang
bervariasi sesuai dengan kepentingan umat dan zaman. Melalui jamaah,
silaturahmi antar umat, disiplin, dan berita-berita kebajikan dapan
dikembangkan dan disebarkan luaskan.
Rasulullah s a.w. bersabda: Solat berjamaah itu
lebih utama nilainya dari solat sendirian, sebanyak dua puluh tujuh
derajat" (HR Bukhari dan Muslim).
Imam (Ikutan)
Imam adalah ikutan, demikian pengertiannya. Untuk menjadi
seorang imam diperlukan beberapa persyaratan yang mengikat. Misalnya memiliki
usia yang lebih tua atau dituakan, memiliki pengetahuan tentang Al Quran dan
hadits Rasulullah s a.w., memiliki keindahan bacaan dengan ucapan yang
fasih (kalau di zaman Rasulullah s a.w., peribadi-peribadi yang lebih
dahulu hijrah diperhatikan untuk menjadi imam.
Kerana imam adalah ikutan, maka pemilihan pribadi amat
diperhatikan. Pro dan kontra yang berlebihan atas seseorang imam kerana dosa
besarnya yang menonjol, pasti akan membubarkan jamaah. Adapun dalam kesalahan
umum, maka semua manusia tidak suci dari dosa. Seorang yang biasa menjadi
imam, maka tidak ada salahnya untuk sewaktu-waktu ia berada di belakang imam
yang lain. Walau dia sendiri mungkin lebih baik dari imam yang bersangkutan.
"Dari Abdullah bin Masud, dia berkata: Rasulullah
s a.w. bersabda: "Menjadi Imam dari suatu kaum ialah mana
yang lebih baik bacaan Al Qur'annya. Bila semuanya sama bagusnya, hendaklah
imamkan mana yang paling alim (banyak tahu) akan sunnah Rasul. Kalau semuanya
sama alim tentang sunnah Rasul, maka dahulukan mereka yang lebih dulu hijrah.
Kalau mereka sama dahulu hijrah, maka iammkanlah mereka yang lebih tua
usianya" (HR Imam Ahmad dan Muslim, dari Abdullah bin Mas'ud).
"Kalau mereka ada bertiga, hendaklah diimamkan
seorang. Yang lebih berhak menjadi imam ialah yang lebih banyak bacan (tahu
tentang bacaan Al Qur'annya)". (HR Imam Muslim, Ahmad dan Nasa'i dengan
sumber Abi Said Al-Khudry).
"Tidaklah halal bagi seorang mukmin yang imam kepada
Allah s.w.t. dan hari akhir yang mengimami sesuatu kaum kecuali atas izin
kaum itu. Dan janganlah ia mengkhususkan satu do'a untuk dirinya sendiri
dengan meninggalkan mereka. Kalau ia berbuat demikian, berkhianatlah ia
kepada mereka". (HR Abu Daud dari Abu Hurairah)
Keadaan Shaf
Solat salah satu ibadah yang menghubungkan peribadi kepada Allah
s.w.t., dan juga mengatur hubungan sesama manusia. Solat yang baik
mendatangkan tamsil yang indah dan berguna.
Shaf yang baik akan menghemat tempat, merapikan barisan
dan kesatuan jamaah serta mendatangkan nilai tambah bagi ibadah itu sendiri,
bahkan menjadi cermin disiplin kehidupan dan pergaulan.
Rasulullah s a.w. bersabda: "Aturlah shaf-shaf
kamu dan dapatkanlah jarak antaranya, ratakanlah dengan
tengkuk-tengkuk". (HR Imam Abu Dawud dan An Nasa'i disahihkan Ibnu
Hibban dari Anan).
Sering orang mengira bahawa shaf yang baik adalah shaf
yang dilakukan secara santai-lapang. Tidaklah demikian sebenarnya.
Untuk Shaf yang Baru
Bila shaf terisi penuh, maka mulailah dengan shaf yang
baru dari arah sebelah kanan. Bila yang terbelakang hanya seorang diri, maka
usahakanlah ia dapat masuk shaf yang sudah ada; atau tariklah seorang anggota
shaf yang ada untuk menemaninya (yang ditarik pasti mahu, andaikan ia
mengerti tata tertibnya).
Shaf Kaum Wanita
Shaf kaum wanita sebaiknya terletak di belakang shaf kaum
lelaki, sementara shaf anak-anak berada di tengah; demikian bila
dimungkinkan. Bila tidak, shaf makmum lelaki dan wanita bisa diatur secara
sejajar; atau mungkin tercampur sama sekali, bagaikan jamaah musim haji di
masjidil Haram, Makkah. Shaf yang bercampur baur sebenarnya kurang baik,
bahkan mudah mengandung fitnah; sementara solat itu sendiri mencegah kekejian
dan kemungkaran, yang akan mendatangkan fitnah, apalagi jika melakukan solat.
Rasulullah s a.w. bersabda: "Sebaik-bauknya shaf
kaum lelaki itu di depan, dan seburuk-buruknya ialah di bagian belakangnya,
dan sebaik-baiknya shaf kaum wanita itu ialah pada bagian akhirnya dan
sejelek-jeleknya ialah di bagian depannya". (HR Imam Muslim dari Abu
Hurairah).
Pengganti Imam
Bila solat berjamaah, sebaiknya orang yang di belakang
imam adalah mereka yang merasa dirinya siap sebagai pengganti, bila tiba-tiba
imam mendapat halangan, umpamanya batal, jatuh sakit, lupa ingatan, terlupa
rukun dan sebagainya. Apabila seseorang solat di sebuah masjid di luar asuhan
atau daerahnya sendiri, maka dia tidak boleh langsung bertindak menjadi imam,
kecuali bila diminta. Mungkin saja disana sudah ada jadwal imam tetap. Begitu
pula bila ia bertamu, kerana yang paling hak menjadi imam adalah tuan rumah
sendiri, kecuali bila ia diminta.
Imam Yang Arif
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah
s a.w. bersabda: "Manakala seseorang di antara kamu solat
bersama-sama orang banyak, maka hendaklah ia meringankan (memendekkan) bacaan
surat atau ayat-ayatnya. Mungkin ada diantara jamaah yang tidak tahan lama
berdiri, ada yang sakit, atau ada yang sudah tua. Dan manakala seseorang dari
kamu itu solat sendirian, maka silakan ia memanjangkan bacaan
sekehendaknya". (HR Bukhari dan Muslim).
Khutbah dipendekkan dan solat diperpanjang, demikian
petunjuk Rasulullah s a.w. Di pejabat, pekerja dibatasi oleh waktu,
maka khutbah yang pendek sangat tepat dan bermanfaat. Khutbah yang
seakan-akan cerita bersambung, membosankan, akhirnya jama'ah berbual dan
mengantuk.
Ringkasan
Kalau solat di rumah, maka tuan rumah lebih berhak menjadi
imam, kecuali tuan rumah mempersilakannya.
Orang yang bagus bacaan Al-Qurannya lebih diutamakan untuk
menjadi imam.
Bila solat telah berlangsung, mereka yang datang
belakangan terus saja mengikuti imam yang sudah ada.
Imam sedapatnya orang yang lebih disukai makmum, kerana
iman itu dipilih untuk diikuti.
Imam sahabat rawatib, sebaiknya oleh imam yang biasa
ditetapkan, kecuali ada kesepakatan menunjuk orang lain sebagai imam.
Imam yang fasih lebih utama, sebagai halnya seorang yang
dituakan, baginya amat layak menjadi imam dalam solat.
Imam itu bertanggung jawab atas makmumnya, kerana itu
seorang imam harus tahu benar dengan kedudukannya.
Orang makmum yang tepat berada di belakang imam, hendaklah
seorang yang amat tahu dalam masalah ibadah yang sedang dilakukan. Mereka
harus bertindak tepat pada saat imam batal, salah, lupa dan sebagainya. Bila
perlu ia berhak menggatikan imam, sekalipun imam berkebaratan atau tidak tahu
tentang kesalahannya.
Seorang di belakang imam berlaku sebagai barometer, berhak
meluruskan baris atau shaf di kanan dan kirinya.
Apabila selesai solat, imam segera duduk mengarah ke
jamaah. Sebaiknya imam berdzikir secara pelan dan kusyu, dan jamaahpun
berdzikir atau berdoa sesuai kata hatinya; demikian yang terbaik.
Bila imam berdoa, diaminkan atau tidak diaminkan, doa imam
sudah membawa kepentingan jamaahnya.
|
Solat Sunnat Istikharah
|
Solat ini dilakukan untuk mendapatkan petunjuk, terutama
bila seseorang dalam keraguan memutuskan mana yang terbaik diantara dua
perkara yang diragukan.
Sebelum seseorang mengambil keputusan ia dianjurkan solat istikharah dua rakaat. Setelah selesai shalat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:
Allaahumma inni astakhiiruka bi'ilmika , wa astaqdiruka
biqudratika wa as aluka min fadhlikal azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa
aqdiru, wata'lamu wa laa a'lamu, wa anta allaamul ghuyuub.
Allaahumma inkunta ta'lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama'aasyii wa 'aaqibati amrii, 'aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta'lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma'aasyii wa 'aaqibatu amrii 'aajili amrii wa aajilihi fashrif annii washrifni 'anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma ardhinii bihi, innaka 'alaa kulli syai-in qadiir "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pilihan-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku mohon kepastian kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, Engakau Maha Tahu dan Maha Mengetahui segala yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan ini baik bagiku, untuk agamaku, untuk penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka takdirkanlah dia bagiku dan mudahkanlah dia bagiku, kemudian berilah dia berkah bagiku. Dan apabila Engkau mengetahui pekerjaan itu buruk bagiku, untuk agamaku, untuk penghidupanku dan akhir kesudahannya kelak, maka singkirkanlah dia daripadaku dan hindarkanlah aku daripadanya. Takdirkanlah hal-hal yang baik bagiku dimana kebajikan itu berada, kemudian berilah aku menyenanginya"
Tata Cara Shalat Istikharah
Tata cara solat istikharah sama dengan solat subuh, Hanya niatnya saja yang berlainan, yaitu berniat solat istikharah. Bila mungkin laksanakan sesudah lewat tengah malam, setelah bangun tidur. Solat ini sangat peribadi sifatnya. Sebab itu harus dikerjakan sendirian. Solat ini tidak memakai azan atau iqamah. Dalam berdoa sebaiknya menyebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk oleh Allah s.w.t. misalnya: "Ya Allah, jika Engkau mengetahui urusan ini....(sebutkan namanya)" |
Solat-solat Sunnat Lainnya
|
Solat Safar
Apabila seseorang hendak berpergian, sebelum meninggalkan rumah, ia dianjurkan mengerjakan solat safar dua rakaat; demikian pula sesudah tiba di rumah kembali. Caranya sama dengan mengerjakan solat subuh, hanya niatnya berlainan, yaitu berniat solat safar sunnat kerana Allah s.w.t.. Selesai solat berdoalah agar perjalanan diridhai, dimudahkan dan diselamatkan Allah s.w.t. dalam perjalanan, baik pribadi, tugas maupun keluarga yang ditinggalkan. Solat Tahiyatul Masjid Bila seseorang masuk ke masjid, maka sebelum ia duduk atau melakukan sesuatu yang lain, lebih dulu dianjurkan mendirikan solat tahiyatul masjid (menghormati masjid) sebanyak dua rakaat. Caranya sama dengan solat sunnat yang lain, hanya niatnya saja yang berbeda. Solat Dhuha Solat Dhuha dilakukan pagi hari antara jam 6.30 hingga jam 11.00 . Bilangan rakaatnya sekurang-kurangnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya 8 rakaat. Caranya setiap dua rakaat, satu salam. Solat Thuhur Solat ini dikerjakan sesudah mengambil air wudhu. Kalau di masjid, sebaiknya dilakukan sesudah solat tahiyatul masjid. Caranya seperti mengerjakan solat sunnat yang lainnya. Solat Intizhar Solat Intizhar (solat menunggu atau sunat Mutlaq) dapat dikerjakan pada setiap saat; terlepas dari keterikatan seperti solat sunnat yang lain. Pada hari Jum'at menjelang khatib naik mimbar, atau pada kesempatan yang hampir serupa. Solat Intizhar tidak boleh dikerjakan lagi bila khatib sudah naik mimbar. Caranya seperti mengerjakan solat subuh juga, setiap dua rakaat satu kali salam. Boleh dikerjakan satu kali atau lebih. Solat Syukur Solat ini biasanya dikerjakan apabila setelah berhasil menaklukkan musuh, mengerjakan pekerjaan besar, memperoleh keuntungan besar, seperti lulus ujian dan sebagainya. Bilangan rakatnya boleh 2, 4, 6 atau 8 dan dikerjakan terus menerus dengan hanya satu kali salam pada rakaat terakhir. Solat Sunnat Jum'at Selesai solat Jum'at, kita dianjurkan melakukan solat empat rakaat atau dua rakaat, dengan niat solat sunat Jum'at. Rasulullah s a.w. bersabda: "Apabila anda sudah selesai solat Jum'at maka hendaklah kamu solat sesudahnya empat rakaat" (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah) Dalam hadits lain juga disabdakan: "Bahwa Rasulullah s a.w. tidak mengerjakan solat sunnat sesudah Jum'at sehingga ia pulang ke rumahnya, maka beliau solat dua rakaat dirumahnya". (Hr Imam Muslim dan Ibnu Umar r.a.) |
Solat Sunnat Istisqa (Minta Hujan)
|
Pada musim kemarau panjang, kita dianjurkan melakukan solat
Istisqa (solat minta hujan). Seluruh anggota masyarakat, lelaki dan
wanita, tua muda, anak-anak, dan orang tua lemah pun kalau perlu didukung dan
diikutsertakan; berkumpul di satu kawasan lapang, semua berpakaian yang biasa
dipakai kerja. Jama'ah dengan rendah hati, khusyu, dan bersungguh-sungguh
mengharap ridha Allah s.w.t.
Khatib naik mimbar atau berdiri di tempat ketinggian, lalu memulai berkhutbah dengan puji-pujian kepada Allah s.w.t., dua kalimah syahadah dan shalawat kepada Rasulullah s a.w.. Kandungan khutbah mengajak umat bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t, lalu mengajukan permohonan kepada-Nya, semoga Dia menurunkan hujan. Sebaiknya beberapa hari menjelang solat istisqa dilakukan, pemuka umat sudah berbuat menasihati, menginsyafkan umat serta berpuasa bersama-sama selama empat hari berturut-turut dan mengajak berlumba-lumba membuat kebajikan. Doa meminta hujan:
Alhamdulillahi rabbil aalamiim. Arrahmaanirrahiim.
Maalikiyaumiddiin. Laailaaha illallaahu ya'alu maa yuriid. Allaahumma antallaahu laa ilaahaa illallaahu antal ghaniiyyu wa nahnul fuqaraa-u anzil alainal ghaytsa waj al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaaghan ilaahiin. "Segala puji bagi Alah, pemelihara alam semesta. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan yang memiliki hari pembalasan. Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah berwenang berbuat sekehendak-Nya. Ya Allah, Engkaulah Tuhan, Tiada Tuhan selain Engkau yang Maha Kaya, dan kami berhajat kepada Engkau. Curahkanlah hujan kepada kami, dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan itu menjadi kekuatan bagi kami hingga masa-masa selanjutnya".
Lalu khatib menadahkan kedua tangannya ke langit seraya
membalikkan diri, membelakangi jama'ah dan menghadap kearah kiblat, dengan
segala kerendahan hati ia memohon kepadaAllah s.w.t., sementara jamaah
mengaminkannya. Kemudian khatib menghadap kembali kepada orang banyak,
lalu turun dari mimbar untuk melakukan solat dua rakaat dengan para jamaah.
Solat ini tidak memerlukan azan dan iqamah. Sebaiknya sesudah membaca Al
Fatihah pada rakaat pertama, imam membaca surat Al A'la dan
sesudah Al Fatihah pada rakaat kedua, imam membaca surah Al
Ghasyiyah.
|
Shalat Sunnat Rawatib
|
Solat sunnat rawatib biasa juga disebut sunnat
Qabliyah dan sunnat Ba'diyah. Dinamakan demikian kerana solat
sunnat ini dilaksanakan sebelum dan sesudah solat wajib yang lima waktu, ia
merupakan pendamping atau pelengkap bagi solat yang bersangkutan.
Sebelum Zuhur kita dianjurkan (disunnatkan) mengerjakan solat Qabliyah dua rakaat. Bila mungkin dan cukup waktu kerjakan dua rakaat lagi. Setelah selesai solat Zuhur, dianjurkan pula mengerjakan solat Ba'diyahnya dua rakaat, bila mungkin, kerjakan dua rakaat lagi. Jadi sunat rawatib bagi solat Zuhur; Qabliyah 2+2 dan Ba'diyah 2+2 rakaat. Adapun solat sunnat rawatib bagi shalat Ashar, Qabliyah (sebelum Ashar) empat rakaat, sekurang-kurangnya dua rakaat (untuk Ashar tidak ada rawatib Ba'diyahnya). Untuk solat Maghrib kita boleh melakukan solat sunnat Rawatib Ba'diyah sebanyak dua rakaat (Maghrib tidak ada Rawatib Qabliyahnya). Untuk Isya, dua rakaat Qabliyah dan dua rakaat Ba'diyah. Adapun untuk solat Shubuh, hanya ada dua rakaat sebelumnya (Qabliyah).
Cara mengerjakan solat sunnat rawatib ini sama halnya
dengan cara mengerjakan solat Subuh, hanya niatnya yang berbeda. Untuk solat
rawatib Zuhur, berniat mengerjakan solat sunnat rawatib Qabliyah atau
Ba'diyah dan dikerjakan dengan cara sendiri-sendiri (Munfarid, tidak
berjamaah).
|
Solat Sunnat Tahajjud dan Witir
|
Solat Tahajjud ialah solat malam, atau biasa disebut Shalatul
Lail. Waktunya lewat tengah malam, dan sebaiknya dikerjakan setelah tidur
terlebih dahulu. Bilangan rakaatnya sebelas rakaat; yakni 8 rakaat + 3 rakaat
sunnat witir.
Tahajjud dapat dikerjakan 2x4 rakaat, yaitu setiap 4
rakaat 1 salam, lalu ditambah dengan witir 3 rakaat 1 salam.
Atau dengan cara 4x2 rakaat, yaitu setiap 2 rakaat 1
salam, lalu ditambah dengan 3 rakaat witir 1 kali salam.
Ayat-ayat yang dibaca sesudah Al Fatihah boleh
dipilih sendiri. Biasanya ayat-ayat yang dipahami maknanya akan lebih
berkesan dan mudah dihafal. Bagi yang belum hafal, dapat membaca pada rakaat
pertama surat Al Ashar serta Al Kautsar; atau ayat-ayat pendek
lainnya.
Melalui solat malam, seseorang dapat meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah s.w.t.. Firman Allah s.w.t.: "Dan pada sebagian malam tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji". (Al Isra : 79). Solat Witir Witir artinya ganjil. Dinamakan Solat Witir, kerana bilangan rakaatnya yang selalu ganjil; yaitu boleh 1 rakaat, 3, 5, 7, 9 atau 11 rakaat. Boleh dikerjakan dua-dua, terakhir 3 rakaat 1 tahiyyat 1 salam. Solat witir dilakukan setelah solat Isya hingga menjelang fajar (shubuh). Ia dapat dikerjakan sebagai pelengkap solat Tahajjud atau solat Tarawih; ia layaknya sebagai penutup segala solat yang dilakukan hingga menjelang Subuh. Misalnya seseorang yang memperkirakan peribadinya tak akan terbangun mengerjakan solat Tahajjud lagi, maka ia dapat mengerjakan solat witir langsung sesudah mengerjakan solat Isya. Pada setiap rakaat solat witir, selain membaca Al Fatihah kita dapat pula memilih beberapa ayat atau salah satu dari Al Quran. |
Solat Tarawih
|
Solat Tarawih dalam bulan Ramadhan ialah solat
Tahajjud atau shalatul lail yang dilakukan pada malam-malam
bulan lainnya. Sesudah membaca Al Fatihah pada setiap rakaat, lalu membaca
ayat-ayat atau surah dari Al Quran . Bilangan rakaat shalat Tarawih
sesuai sunnah Rasulullah s a.w. ialah 11 rakaat; terdiri dari 8
rakaat solat Tarawih dan 3 rakaat solat Witir. Sementara Umar bin Khatab r.a.
mengerjakannya 20 rakaat dengan ditambah witir 3 rakaat. Solat tarawih
termasuk sunnah muakkad, boleh dikerjakan dengan berjamaah boleh juga
sendiri.
Menurut pendapat Al Ghazali, dalam bukunya "Rahasia-rahasia Shalat", walaupun dapat dikerjalan sendiri tanpa berjamaah, solat Tarawih yang dilakukan secara berjama'ah lebih afdhal, sama seperti pendapat Umar r.a., mengingat bahawa sebagian solat nawafil telah disyariatkan dalam jama'ah, maka yang ini pun pantas dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Sedangkan alasan kekhawatiran timbulnya riya bila berjamaah, atau pun kemalasan bila sendirian, sudah jelas menyimpnag dari tujuan keutamaan berkumpul dalam suatu jama'ah. Barangkali, orang yang berpegang pada alasan tersebut ingin berkata bahawa melakukan solat lebih baik daripada meninggalkannya kerana malas, dan bahawa kemalasan (bila sendirian) lebih baik daripada riya (jika solat jamaah). Demikian menurut Al Gazhali. Cara Mengerjakan 2x4 rakaat + Witir, yaitu setiap 4 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan witir 3 rakaat 1 kali salam. 4x2 rakaat + 3 rakaat witir, yaitu setiap 2 rakaat 1 kali salam, ditambah dengan witir 3 rakaat 1 kali salam. Waktu solat Tarawih ialah sejak selesai solat Isya hingga terbit fajar |
Solat Ied (Idul Fitri)
|
Islam memiliki dua hari raya iaitu Hari raya Fitri 1
Syawal dan Ied Adha 10 Dzulhijjah (Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji).
Cara mengerjakannya hampir sama dengan solat Jum'at yaitu dua rakaat. Bedanya, pada solat Ied, takbir awal pada rakaat pertama sebanyak 7 kali, dan takbir pada rakaat kedua sebanyak 5 kali, dan khutbah Ied dilakukan sesudah shalat. Solat Ied & Idul Adha :
Sebaiknya dilakukan di lapangan terbuka
Disunatkan makan/minum sekedarnya menjelang pergi ke
tempat solat. (Kebalikan dari Ied Adha: menahan makan sampai turun khatib
dari khutbah)
Disunatkan pergi dan pulang dari solat Ied menempuh jalan
yang berbeda
Tak ada solat sunnat yang mendahului atau yang mengiringi
solat Ied.
Bagi mereka yang mengerjakan solat Ied di lapangan baginya
tidak ada solat sunnat Tahiyatul Masjid.
Bacaan setiap sesudah takbir
Subhaanallaah wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar. ("Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah itu Maha Besar") Sunnat memperbanyak lafaz takbir pada malam dan sepanjang Hari Raya Fitri. Pada Ied Adha, lafaz takbir hanya dikumandangkan pada malam dan paginya menjelang usai khutbah. Waktu-waktu berikutnya dilakukan pada kesempatan solat fardhu termasuk pada hari-hari Tasyriq. Lafazh berbunyi: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar allaahu akbar walillaahil hamd. Allahu akbar kabiira walhamdulillahi katsiira wa subhaanallaahi bukratan wa ashiila. Laa ilaaha illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, wa hazamal ahzaaba wahdah. Laa ilaaha illallaahu walaa na'budu illa iyyaahu mukhlishiina lahuddiina walau karihal kaafiruun. "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah segala puji, Allah Maha Besar, Maha Agung, dan segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, dan Maha Suci Allah pagi dan petang, tidak ada Tuhan selain Allah sendiri saja, Maha Benar Janji-Nya, Maha Penolong akan hamba-Nya, dan menghalau pasukan-pasukan musuh sendiri-Nya saja. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya saja, mengikhlaskan agama bagi-Nya sekalipun tidak disukai orang-orang kafir ". Bagi mereka yang terlambat tiba di tempat solat dan mendapati imam sedang solat, ia jangan berbalik pulang, tetapi bergabunglah dan ikutilah, kemudian tambahilah sebanyak rakaat yang tertinggal. Apabila mereka mendapati jamaah telah selesai solat, maka kerjakanlah solat Ied sebanyak dua rakaat; jangan ragu, jangan malu dan kerjakanlah hingga selesai. Bila selesai solat Ied duduklah dan dengarlah khutbah dengan khidmat. Disunnatkan mendengar khutbah dengan khidmat dan jangan meninggalkan lapangan sebelum khatib turun dari mimbar, kecuali kerana hal-hal yang sangat memaksa. Bagi kaum wanita yang dalam keadaan haid, mereka dianjurkan ikut ke lapangan, ambil tempat di bagian pinggir, lalu mendengar khutbah, demi syiarnya Islam. Bacaan setiap sesudah takbir berbunyi: "Subhaanallaah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar" ("Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.") |
Solat Sunnat Hajat
|
Solat hajat dilakukan untuk memperkuat cita-cita seseorang
atau sekelompok orang. Solat hajat boleh dikerjakan siang maupun malam hari.
Malam hari, waktu tengah malam, suasana lebih berkesan, lebih khusyu, sunyi
dari segala hingar bingar kehidupan. Ia boleh juga dikerjakan siang hari,
istimewa bagi seseorang yang memang sedang memerlukan bantuan .
Solat hajat boleh dikerjakan dua rakaat dan boleh pula lebih. Pada halaman ini akan ditampilkan solat hajat yang berjumlah 12 rakaat. Tersebut dalam buku Tuhfatudz Dzaakirin karangan Imam Al Ghazali, bahwa Rasulullah s.a.w. menerangkan :
"Engkau solatlah dua belas rakaat siang atau malam,
dan setiap dua rakaat bacalah Tasyahud (Tahiyat dengan dua kalimah
syahadat). Ketika engkau duduk yang terakhir dalam solat itu panjatkanlah
puja puji kepada Allah Ta'ala, lalau salawat kepada Nabi Muhammad
s.a.w. dan kemudian bacalah takbir lalu sujud. Di dalam sujud itu
bacalah olehmu: Surah Al Fatihah 7 kali, Ayat Al Kursi 7 kali, Surah Al
Ikhlas 7 kali, dan lanjutkanlah dengan tahlil 10 kali.
Lafazh tahlil tersebut ialah: Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa alaa kulli syai-in qadiir "Tidak ada Tuhan selain Allah sendiri-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya lah kekuasaan dan miliknya segala puji. Dia yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya" Setelah itu lanjutkan dengan membaca doa berikut ini: Allaahumma innii as aluka bima aaqidil azzi min arsyika wa muntahar rahmati min kitaabika, wasmikal a'zhami, wajaddikal a'laa, wa kalimaatikat tammah. "Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kedudukan yang amat tinggi, rahmat serta anugerah yang tiada henti-hentinya dari ketentuan-Mu, dan dengan nama-Mu yang Maha Agung, dan kebesaran-Mu yang amat tinggi, serta firman-Mu yang Maha Sempurna. Setelah selesai membaca doa, bermohonlah kehadirat-Nya segala sesuatu yang engkau kehendaki; baik kebajikan dunia maupun kebajikan akhirat. Kemudian duduk kembali dan mengucapkan salam.
Doa Qunut
|
No comments:
Post a Comment